Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2022

di sebelah kamboja

Hujan mengguyur saat matahari belum terjaga Dinginnya masih menyelimuti  Aroma masa lalu menyeruak dari lubuk hati Kemana kehangatan yang dulu sudah berkelana Masih ingat jelas elusan di rambut dari jari jemari Kata-kata yang begitu menenangkan setiap bersedih  Pangkuanku yang kedua sekarang telah pergi Duduk menghitung hujan yang jatuh ke bumi Bersender pada harapan yang mustahil terjadi Disebelah bunga kamboja Sekarang kau terlelap disana Raga yang tidak bernyawa Yang tenang disana Mawar putih yang aku bawa Tidak akan layu ketika kita kembali bersua

di labirin

sedalam apa palung maria itu akan aku selami dia  agar aku tahu apakah rasa ini sama dalamnya setinggi mana si Mauna Kea agar saya tau seberapa tinggi mimpi saya selama ini rasanya ingin saya letakan perasaan ini di bagian utara bumi agar abadi sayangnya, matahari perlahan mengikisnya sudah terlalu sabar  kalah sudah dengan si pedang perak mati rasa sudah rasanya hilang arah saya sekarang pandangan saya gelap tanpa cahaya kaki saya takut melangkah walau sejengkal saya tersesat di labirin luas yang saya ciptakan sendiri Tanpa jalan keluar yang bisa dilewati

Dongeng sebelum tidur

setiap malam matanya terbuka menerawang langit yang di penuhi bintang mencari jawaban yang mungkin terselip diantara cahaya dari kepingan kisah yang telah hilang beberapa dari mereka jatuh ke bumi memberi kabar pada putri tiada jawaban yang diberi hanya kumpalan tanya yang masih menyelimuti Pagi menarik matahari Terpaksa malam kembali bersembunyi Si putri sendiri lagi Sekarang, lelah yang dia rasa Ribuan kali sudah sang kepala berkelana Mencoba membantu sebisanya Hingga si putri terlelap dalam tidur panjangnya

Dibawah Langit

langit menangis sendirian sedangankan angin terus menari kegirangan mengelus beberapa helai dedaunan hingga hanyut dalam kubangan alunan hujan membuai telinga secara perlahan suaranya lirih begitu menyakitkan siapa gerangan hingga mematahkan hati dia yang tak bertuan angin masih belum berhenti menari ternyata ia sedang menahan pedih kenapa kau bersedih sedangkan sebentar lagi akan datang si pelangi air masih saja jatuh ke bumi apa yang di tangisi disaat bumi merasa baik baik saja disini kau terlarlalu menghayati biarkanlah awan mendungmu pergi Angin masih sibuk menari Ia yang tenggelam sendiri Dibawah sendunya langit di sore hari

Kelabu

Dia ramai Juga sepi Tertawa di tengah keramaian Menyimpan perih ketika sendirian Matanya dipenuhi cahaya juga menutup sebuah lara Kadang dia tertawa bahagia Kadang dia diselimuti luka Pelangi selalu mengikuti Dengan awan kelabu yang terus menghampiri Hidupkah dia ketika terlihat mati

Nyanyian Malam

Sabtu di malam minggu Aku hanyut dalam buaian malam Tenggelam dalam ribuan sajak Hingga lupa akan daratan  Tak ada yang lebih mengerti Hanya tinta pena yang setia menggores kerta kosong  Meninggalkan noda kalimat rayuan yang indah Pikiranku sekarang sudah tak lagi damai